Khutbah Jumat – Kemuliaan Shalat Malam

Oleh DR. Firanda Andirja, Lc, MA

Sumber Firanda.com

Khubah Pertama

إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي معده.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.

معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون

Sesungguhnya di antara ibadah yang sangat mulia dan juga merupakan ciri khas orang-orang salih dan penghuni surga adalah qiyamullail (shalat malam). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ

Hendaknya kalian melakukan shalat malam karena shalat malam adalah hidangan orang-orang shalih sebelum kalian, dan mendekatkan kepada Tuhan kalian, menghapus keburukan, serta mencegah dosa.” (HR. Tirmidzi 5/553 no. 3549)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga memuji orang-orang yang melaksanakan shalat malam dalam banyak ayat. Di antaranya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat : 15-18)

Perhatikanlah bagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ayat ini mensifati orang-orang yang bertakwa dengan beberapa sifat yang dia nataranya adalah senantiasa berbuat ihsan, senantiasa shalat malam, dan dipenghujung malam mereka senantiasa beristighfar kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (16) فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (17)

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah : 16-17)

Di dalam ayat ini Allah menggambarkan bahwa orang-orang yang bertakwa itu di singa harinya senantiasa menyambung hubungannya dengan manusia yang lain dengan berinfak dengan harta mereka, dan di malam hari mereka menyambung hubungan mereka dengan Allah Subhanahu wa ta’ala dengan bangun di malam hari melakukan shalat dan berdoa serta berharap kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang Allah Subhanahu wa ta’la berikan balasan yang tak seorang pun mengetahui nikmat tersebut. Para ulama menjelaskan bahwa alasan tidak ada seorang pun yang mengetahui balasan nikmat atas apa yang dikerjakan oleh seseroang adalah dikarenakan selama di dunia mereka menyembunyikan amalan mereka dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan balasan yang indah meskipun tidak ada di antara mereka yang mengetahui hakikatnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang shalat malam tidak hanya sekedar melaksanakan shalat, akan tetapi juga berusaha menyembunyikan sahalat malam mereka karena ikhlas kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Di antara ayat-ayat yang bercerita tentang shalat malam adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9)

Apakah sama orang-orang musyrik dengan orang-orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar : 9)

Di akhir ayat ini seakan-akan Allah menegaskan bahwa di antara orang yang berilmu adalah orang yang beramal, dan di antara orang yang beramal adalah orang yang melaksanakan shalat malam. Oleh karenanya shalat malam adalah bukti bernarnya ilmu seseroang.

Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala bercerita tentang ciri-ciri penghuni surga yang Allah Sebut mereka dengan sebutan ‘Ibadurrahman (Hamba-hamba Ar-Rahman). Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang ciri-ciri mereka,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64)

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furgan : 63-64)

Kemudian di akhir surah Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75)

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (QS. Al-Furqan : 75)

Ayat ini juga memberikan isyarat bahwasanya shalat malam butuh kesabaran dan perjuangan agar seseroang bisa membiasakan dirinya untuk dapat mengerjakannya sehingga bisa mengambil kebiasaan yang menjadi ciri-ciri orang-orang salih.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه

Para hadirin yang sirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,

Di antara hal yang menunjukkan pentingnya shalat malam adalah diwajibkannya shalat malam di awal Islam. Adapaun shalat lima waktu baru diwajibkan tatakala setelah peristiwa Isra’ Mi’raj. Allah memrintahkan shalat malam dalam surah Al-Muzzammil, dan surah ini adalah surah yang awal-awal turun tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di kota Mekkah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

اأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5) إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا (6)

Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al-Muzzammil : 1-6)

Oleh karenanya ‘Aisyah radhillahu ‘anha menjelaskan bahwa shalat malam mereka lakukan hampi satu tahun karena diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Setelah setahun kemudian turunlah ayat yang menjadi akhir dari surah Al-Muzzamil yang menjelaskan bahwa shalat malam tidak lagi menjadi wajib melainkan menjadi sunnah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (20)

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil : 20)

Ini semua menunjukkan bahwa shalat malam adalah perkara yang sangat agung. Oleh karenanya sebagian ulama menamakan surah Al-Muzzamil dengan nama Zaadu Ad-Da’iyah (bekal seorang da’i). Yaiut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam harus mencharging imannya dan membekali dirinya di malam hari, karena di siang hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mendapatkan banyak cobaan, ujian, gangguan, hinaan, tuduhan, sehingga beliau harus menguatkan imannya dengan shalat malam. Maka jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencharger iman beliau di malam hari dengan shalat malam, maka bagaimana lagi dengan kita yang saat ini diperhadapkan dengan ujian dan fitnah yang kita hadapi setiap hari? Mak dari itu perlu untuk kita mengisi iman kita di malam hari dengan shalat malam.

Sesungguhnya shalat malam adalah tanda kemuliaan seseroang muslim. Jibril berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ

Ketahuilah bahwa keutamaan seorang mukmin adalah shalat malamnya.” (Syu’abul Iman 13/126 no. 10058)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ

Sungguh Abdullah Ibnu Umar akan menjadi sebaik-baik laki-laki jika dia mau shalat malam.” (HR. Bukhari 2/55 no. 1157)

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa konskwensi dari hadits ini adalah dia akan menjadi lelaki yang terbaik di sisi Allah jika dia melaksanakan shalat malam.

Adapun seseorang yang memiliki harta yang banyak, memliki jabatan yang tinggi, memiliki rumah ayng mewah, maka dia hanya akan menjadi orang yang terbaik di sisi manusia. Akan tetapi jika seseorang ingin menjadi hamba yang terbaik di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, maka shalat malamlah.

Sungguh indah shalat malam seseroang, yaitu mereka bangun dan berkhalwat dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

Dan shalatlah (kalian) di malam hari ketik aorang-orang tertidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah 1/432 no. 1334)

Terlebih lagi jika seseroang melakukan shalat malam di sepertiga malam terkahir, dimana Allah Subhanahu wa ta’ala turun ke langit dunia mencari hamba-hambaNya yang ingin mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ} صحيح البخاري (2/ 53{(

Rabb kita Tabaaraka wa Ta’ala turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berkata, ‘Siapa yang berdoa kepadaKu pasti akan Aku kabulkan, dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku akan penuhi, dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasi akan Aku ampuni’.” (HR. Bukhari 2/53 no. 1145)

Maka masih malaskah kita untuk bangun shalat malam sementara Allah Subhanahu wa ta’ala mencari hamba-hambaNya? Maka masih malaskah kita untuk bangun shalat malam sementara Allah Subhanahu wa ta’ala turun ke langit dunia menwarkan karunia dan rahmatnya? Ketahuilah bahwa waktu itulah saatnya seseorang mencari muka di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih, Maha Kaya.

Maka dari itu saatnyalah kita melatih diri kita untuk bangun shalat malam, sebagaimana perkataan seorang penyair,

لبست ثوب الرجا والناس قد رقدوا (***) وقمت أشكو إلى مولاي مـا أجـد

وقلت يا عُدتي فـي كـل نائبـة

Aku memakai pakaian harapanku sementara orang-orang tidur, maka aku bangun shalat mengeluhkan urusanku kepada Rabbku. Dan aku berkata, “Wahai Rabbku tempat aku kembali dalam berbagai permasalahan.”

Maka hendaknya seseorang bangun shalat tatkala di malam hari, melawan ras akntuknya, kemudian dia bermunajat dan meminta kepada Allah, mengeluhkan permasalahan yang Allah sebenarnya tahu tentang masalah kita.

أشكو إليك أموراً أنت تعلمها

Aku mengeluhkan kepada engkau perkara yang engkau mengetahuinya.”

Oleh karenanya hendaknya kita mengamalkan perkataan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam,

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (86)

(Ya’qub menjawab) Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. (QS. Yusuf : 86)

نَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

اللهم افرلنا ما قدّمنا وما أخرنا، وما أسررنا وما أعلنا، وما أسرفنا، وما أنتأعلم به منا، أنت المقدّم وأنت المؤخر، لا إله إلا أنت

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ