🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 04 Shafar 1438 H / 04 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 10)
⬇ Download Audio:
———————————–
Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan. Kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.
Yang Pertama, yang perlu ditekankan kalau kita ingin dakwah dengan sosmed kita, ketika kita dapat artikel, baca dulu dan baca dulu.
“Mas aku masih belum faham dengan artikel yang antum kirim.”
“Artikel yang mana ya?”
“Itu yang tentang khusyu.”
“Tunggu-tunggu aku baca dulu.”
Ternyata dia belum baca, sudah main sebar sana, sebar sini, sebar situ, baca !!!
Kalau ada yang salah anda bertanggung jawab di hadapan Allāh.
Jadi sebelum kita share, baca dulu, jangan main share-share saja.
Yang kedua, yang perlu ditekankan adalah ketika kita ingin berdakwah di sosmed, yaitu ilmu yang kita dapat sebelum kita dakwahkan, berusaha kita amalkan.
Jangan hanya copy paste, copy paste dan copy paste tetapi tidak pernah dibaca dan tidak pernah diamalkan.
Ya gitu-gitu aja. Kirim sana, kirim sini, kirim sana, kirim sini. Karena kebanyakan group akhirnya bingung sendiri, tidak sempat baca dan akhirnya tidak pernah diamalkan.
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Apakah kalian mengajarkan manusia berbuat baik, tapi kalian lupa diri-diri kalian, padahal kalian sudah baca Kitab (Taurat), apakah anda tidak berfikir.”
(QS Al Baqarāh: 44)
Oleh karena itu, baca dulu untuk kita dan amalkan, baru kita bisa share ke orang lain.
Lalu, tidak semua artikel yang bagus bisa kita share. Ingat fiqih dakwah, jangan langsung copy paste.
Maksudnya gini lho, kita punya group teman-teman SMA, semuanya pegawai bank, kemudian artikel pertama “haramnya riba”, sabar.
Dakwah Nabi pertama kali memangnya tentang riba? Tidak kan? Tentang tauhid, tentang: La Illaha Illallāh.
Katanya anda mau dakwah, tidak bisa semuanya di-share. Makanya kalau mau share saran saya, minta bimbingan dari alim ulama, “Ini boleh dishare tidak?” Tanya dulu,
“Artikel antum bagus, akh. Kira-kira cocok tidak kalau saya share di group keluarga?”
Jadi, tidak semua di share, harus pastikan ini artikel cocok atau tidak, artikel itu tepat atau tidak.
Yang ketiga, yang perlu ditekankan adalah: hati-hati riya terselubung.
Ini penting, khususnya dari sisi selfie dan narsis, hati-hati. Karena selfi dalam urusan dunia akan menggiring kita untuk selfie dalam ibadah dan itu real terbukti.
Orang yang biasa selfie ketika misalnya ke Paris, ke Dubai, ke Kuala Lumpur, maka mereka akan selfie di depan Ka’bah.
Orang yang hobi naruh status, begitu landing di Madinah, “Madinah 6 am”. Biar yang lain tahu kalau anda sendang di Madinah sekarang.
Buat apa kita posting? Ini riya terselubung, sum’ah terselubung. Hati-hati dalam masalah ini.
Lalu kalau kita lagi jalan di Masjidil Haram, ada orang kemudian kita minta tolong fotokan. Biasanya gaya fotonya kaya gimana? Dia angkat tangan, lalu belakangnya Ka’bah. Kan kebalik, harusnya kan do’anya hadap Ka’bah. Kita kalau mau do’a itu hadap Ka’bah jangan belakangin Ka’bah.
Bayangkan, orang sedang sa’i masih sempat-sempat selfie di Marwa, masih sempat-sempat selfie di Shāfa. La haula wa la quata illabillāh.
Ini penyakit. Karena Islam tidak mengajarkan kita terpukau dengan diri kita. Apa firman Allāh Subhanahu wa Ta’ala:
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ
“Akhirat (surga), Kami (Allāh) persiapkan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di dunia.” (QS Al Qashash: 83)
~~> tidak ingin show off di dunia.
Silakan baca buku tafsirnya. Sebagian contoh yang dibawakan para ulama:
“Barang siapa yang pakai sandal dan dia berharap (dia punya motivasi sendalnya) lebih bagus dari orang lain, maka dia terancam tidak masuk surga.”
Ini budaya yang merusak, saya ingatkan. Ibnul Qoyyim mengatakan:
“Bahwa ‘ain bisa terjadi tanpa melihat secara langsung.”
Artinya kalau kita gampang-gampang (bermudah-mudah) pasang foto kita di sosmed, khawatir ada orang hasad dengan punya ‘ain kemudian melihat foto kita dan kita terkena (terkena ‘ain). Ibnul Qoyyim menjelaskan itu dalam Zadul Ma’ad.
Hati-hati dalam memposting foto kita, foto suami kita, foto istri kita, lalu foto anak-anak kita.
“Tapi kan kalau gitu, kalau lagi normal juga kita bisa kena ‘ain?”
Iya, tapi kan yang jadi masalah, saat kita posting, itu jelas tujuannya bukan ibadah, itu tujuannya bukan amal sholeh, itu ingin tampil. Dan ingin tampil diridhāi apa tidak oleh Allāh? Tidak diridhāi. Maka akan semakin besar potensi kita kena ‘ain.
Wallāhu Ta’ala A’lam bish Shawwab.
Yang berikutnya, pikirkan dulu sebelum kita memposting aktivitas-aktivitas kita. Simak baik-baik sabda Nabi, ini sabda penting, dikeluarkan Imam Thābrani dan dishāhihkan Al Imam Albani Rāhimahullah:
استعينوا على إنجاح الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود
“Mintalah pertolongan kepada Allāh agar Allāh menyelesaikan urusan-urusan kita dengan merahasiakannya (dengan menyembunyikannya, dengan menutupnya, off the record) .. “
Kenapa? Kenapa jangan dibuka?
Karena setiap orang yang punya nikmat ada penghasadnya.
Antum sedang proses dengan wanita tercantik di Jakarta Selatan, jangan taruh di facebook. Kan ada yang hasad. Begitu taruh di facebook, besoknya dilamar orang yang tiga kali lipat lebih kaya dari antum, hilang.
Harusnya kan, tiba-tiba sudah nikah aja. Kan orang bingung. “Ya Allāh, gue kelewatan sama dia.”
Ini dikasih tahu, itu sama saja membuka kesempatan untuk lawan kita untuk menyerang kita.
Dan ini sabda nabi lho, Ini bukan teori. Jangan bilang-bilang, kalau sudah jadi baru sampaikan.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
_”Adapun nikmat Rābbmu, ceritakanlah.” (QS Adh Dhuhā: 11)
Itu silakan, selama niatnya ikhlas. Tapi kalau lagi proses, kalau lagi beraktivitas, lagi usaha, “Do’ain ya guys, do’ain ya guys.”
Emang semuanya dukung antum? Pasti ada tukang hasadnya. Nabi aja dihasadi. Jadi sembunyikan, tidak usah cerita-cerita.
Ini salah satu adab dalam dunia sosmed atau group atau twitt. Tidak usah antum cerita pergi kemana, banyak yang penghasad disekeliling kita. Kita tidak su’udzon, tapi fakta membuktikan hal demikian.
(12) Point yang keduabelas: HATI-HATI DENGAN FITNAH WANITA
Poin yang berikutnya, yang terakhir, yang perlu ditekankan masalah ini, hati-hati dengan fitnah wanita disosmed. Ini penting. Dan ini harus ditekankan.
Hati-hati dengan fitnah wanita, baik yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Nabi shālallāh ‘alayhi wassalam mengatakan :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Aku tidak pernah meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki kecuali masuk dari sisi perempuan.”
Dan begitu juga sebaliknya. Fitnah lawan jenis ini fatal. Nabi mengatakan bahwa fitnah yang pertama kali menyerang Bani Israil itu fitnah apa? Fitnah wanita.
Saya ingin tanya. Bani Israel orang-orang bodoh atau orang-orang cerdas? Orang-orang cerdas. Etnis tercedas di dunia. Itu saja masih bisa bertindak bodoh gara-gara terfitnah dengan lawan jenis.
Said bin Musayyid, pakar fiqih di dunia tabi’in, beliau mengatakan:
ما شيء أخوف علي من النساء
“Tidak ada yang lebih aku takutkan dibanding dengan wanita.”
Athā bin Abi Rābaq, muftinya Mekah, mengatakan:
“Kalau aku disuruh menjaga harta baitul maal in syā Allāh saya amanah, tapi kalau saya ditinggal berdua-duaan di sebuah kamar dengan wanita, saya tidak merasa aman dengan diri saya. Saya tidak bisa pastikan saya bisa menjaga keistiqomahan saya.”
Itu Athā, muftinya Masjidil Haram.
Bahkan Abu Nu’aim, dalam Hilyatul Aulia membawakan penjelasan para ulama:
“Janganlah anda berdua-duaan dengan wanita walapun dengan dalih mengajarkan Al Qur’anul Karim.”
Tidak boleh.
Bahkan dalam mahdzab Syafi’i, bila kita shālat hanya dengan wanita di belakang kita, tdak boleh. Padahal itu bukan hadap-hadapan. Satu arah, arah kiblat dan shālat lho, ini bukan ngobrol, bukan chating. Kecuali kalau alasannya syar’i memang boleh komunikasi laki-laki dengan wanita, diperbolehkan.
Nabi pernah berkhālwat, makanya Imam Bukhāri menulis: Bab, Ada Khālwat yang Dibolehkan, dengan syarat aman dari fitnah dan sesuai dengan kebutuhan.
Dan kalau khākwat berdua-duaan itu harus di tempat yang terlihat, tidak boleh di tempat yang tertutup.
Dan sekali lagi, terakhir, hati-hati dengan fitnah wanita di sosmed, karena banyak CLBK itu dari sosmed, banyak perkenalan dari sosmed.
Khususnya ketika antum lagi ada masalah keluarga, jangan buat (bangun) komunikasi dengan laki-laki atau dengan wanita di sosmed. Karena itu nanti jadi pelarian.
Itulah beberapa adab dan hukum yang berkaitan dengan sosmed.
Ini yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat.
Astaghfiruka wa atubu ilaik.
Assalamu’alaikum warhmatullahi wabatakatuh
____________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah…
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
——————————————